get app
inews
Aa Read Next : Imlek Tanpa Hujan, Apakah Pertanda Buruk?

Wajib saat Imlek, Ini Sejarah Barongsai yang Atraktif

Minggu, 22 Januari 2023 | 10:15 WIB
header img
imlek adalah angpau dan barongsai (dok inews)

PERAYAAN Imlek biasanya identik dengan Barongsai. Atraksi Barongsai tak pernah ketinggalan menyemarakkan Tahun Baru China ini, dan selalu menjadi penampilan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat.

Barongsai sendiri adalah tarian tradisional China yang menggunakan sarung berbentuk Singa. Barongsai digerakkan oleh orang-orang atraktif dan diiringi alunan musik yang khas.

Singa dipilih karena masyarakat Tionghoa percaya hal itu menjadi pembawa keberuntungan, keunggulan, kekuatan, hingga kebijaksanaan.

Melansir China Highlights, masyarakat Tionghoa juga percaya bahwa simbol singa bisa memberikan kebahagiaan, khususnya saat perayaan Imlek berlangsung. Diharapkan, semua orang bisa merasakan suka cita yang mendalam, dan hidupnya diwarnai dengan keberuntungan besar.

Tak hanya itu saja, simbol singa pada barongsai ini juga dipercaya dapat mengusir roh-roh jahat, hingga keburukan-keburukan lainnya. Untuk itu bagi mereka yang merayakan imlek akan terus dilindungi dari segala hal-hal negatif.

Sejarah Barongsai

Kesenian Barongsai mulai populer pada zaman dinasti Selatan-Utara (Nan Bei), yakni tepatnya pada 420-589 Masehi. Saat itu pasukan dari raja Song Wen Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri Lin Yi.

Kemudian seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan itu. Ternyata upaya tersebut membuahkan hasil, pada akhirnya tarian barongsai melegenda hingga saat ini.

Keberadaan Barongsai di Indonesia

Kesenian barongsai diperkirakan masuk di Indonesia pada abad-17, ketika terjadi migrasi besar dari Tiongkok Selatan. Saat itu masih marak adanya perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan. Di mana setiap perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan di berbagai daerah di Indonesia hampir dipastikan memiliki sebuah perkumpulan barongsai.

Selanjutnya, perkembangan barongsai berhenti pada 1965, setelah meletusnya Gerakan 30 S/PKI. Hal tersebut karena situasi politik pada waktu itu, segala macam bentuk kebudayaan Tionghoa di Indonesia dibungkam.

Kebudayaan yang ikut dimusnahkan termasuk barongsai. Saat itu barongsai tidak boleh dimainkan lagi apalagi sampai terjadi festival. 

Selanjutnya, perubahan situasi politik yang terjadi di Indonesia setelah tahun 1998 membangkitkan kembali kesenian barongsai dan kebudayaan Tionghoa lainnya.

Kala itu, mulai banyak perkumpulan barongsai kembali bermunculan. Berbeda dengan zaman dahulu, saat ini tidak hanya kaum muda Tionghoa saja yang memainkan barongsai, tetapi banyak pula kaum muda pribumi Indonesia yang ikut serta.

Editor : zainal arifin

Follow Berita iNews Soloraya di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut