SRAGEN, Soloraya.Inews.id - Untuk mendapat tempat, sekaligus menjadi pembeda dari sentra batik lainnya, batik Pilang harus menemukan identitas sendiri. Identitas itu adalah motif yang menjadi ciri khas dan hanya diproduksi di Pilang.
Itulah sebagian kesimpulan yang didapatkan dari BISA Fest: Kreasi Batik Pilang Sragen. Acara yang dihelat Kemenparekraf/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu dilaksanakan di Balai Desa Pilang, Sragen, Kamis (21/7) dihadiri Wakil Ketua Komisi X DPR RI Agustina Wilujeng Pramestuti SS, MM, Kepala Dinas Pariwisata dan Olahraga Sragen Yuniarti SH, Koordinator Even Kemenparekraf Rosalin Petrina, dan Direktur Kuasa Kata Media Aulia Muhammad, dengan puluhan peserta para pengusaha dan pembatik di Desa Pilang.
Acara berisi demonstrasi teknik membatik, pagelaran batik, sampai pameran batik berlangsung gayeng dan penuh canda, sehingga membuat peserta antusias mengikutinya.
Agustina Wilujeng yang mencoba ikut membatik, ternyata langsung menikmati proses itu, dan terlihat luwes menarikan canting di kain. ‘’Jika membatik seperti ini saya menikmati. Bisa kuat nih seharian,’’ katanya.
Pada kesempatan itu juga Agustina memesan motif batik siluet Bung Karno. Ketua Umum IKA FIB Undip itu berharap, sebelum Oktober pesanan batik motif Sukarno itu telah selesai, sehingga bisa dia bawa ke Jakarta.
‘’Nanti motif batik Bung Karno produksi Pilang ini akan saya bagikan sebagai cinderamata para peserta Kongres Bung Karno di Jakarta. Jadi produksi yang bagus, juga yang banyak,’’ katanya yang disambut tepuk tangan para pembatik.
Acara yang dimulai dengan talkshow, untuk memotivasi para perajin batik, sekaligus mendengarkan keinginan mereka, berlangsung penuh gelak dan lontaran ide-ide spontan. Koordinator Even Kemenparekraf Rosalin Petrina misalnya, meminta para perajin untuk tidak ragu melahirkan ide-ide baru, yang bisa membuat Pilang makin mengindonesia dan mendunia.
‘’Bisa memulai festival kecil, seperti acara kita ini. Siapa tahu nanti bisa menjadi semacam Jember Festival Carnaval. Syaratnya satu, jangan membatasi diri. Kami dari Kementerian akan sekuat mungkin membantu agar ekonomi kreatif terus hidup dan makin bertumbuh,’’ katanya.
Pembicara lain, Aulia A Muhammad lebih menekankan tentang penciptaan pasar-pasar baru, yang bergerak ke arah digital. Aulia yang aktif di media digital memberikan poenjelasan bagaimana memanfaatkan media sosial sebagai etalase. Namun, dia mensyaratkan produk yang unik dan berkualitasdan postingan yang renyah sebagai acuan agar marketing di media sosial itu menemukan sasarannya.
‘’Tanpa keunikan, maka apa yang disajikan di media sosial itu hanya akan menjadi arus saja, tidak berhenti dan memancing perhatian pengguna medsos,’’ terangnya sembari menjelaskan kiat-kiat berikutnya.
Agustina Wilujeng berharap kegiatan BISA Festival itu menjadi keyakinan bahwa Batik Pilang juga bisa, mampu untuk terus bertumbuh. Dengan melihat kualitas, motif, dan warna yang dipamerkan dan dibawakan peraga, Agustina yakin hanya soal waktu sebelum Batik Pilang mendapatkan pasar tersendiri.
‘’Saya berharap, perajin batik terus berinovasi, sehingga dapat terus bergerak, terutama menyongsong pandemi yang telah berakhir, menjadi endemi. Kita harus yakin kita bisa untuk terus maju. Saya dengan Kemenparekraf akan terus memantau, mengawal, sekaligus memberikan pendampingan agar sentra-sentra batik di Sragen, khususnya Pilang, makin maju dan menemukan pasar yang luas,’’ ucapnya, sembari menutup acara.
Editor : zainal arifin