SEMARANG, iNewsSoloraya.id - Kasus kelainan bawaan seperti saat lahir tidak punya anus, usus buntu, atresia ilium, dan lain-lain memerlukan penanganan melalui proses bedah anak.
Mengupas kasus-kasus tersebut, IDI Jateng adakan podcast pada Rabu (27/7) dan dipandu oleh Dr. dr. Renni Yuniati, SpKK, FINSDV, MH, mengundang narasumber dr. Edwin Basyar, MKes, SpB, SpBA(K) merupakan Ketua PERBANI Cabang Jawa Tengah & Yogyakarta.
Bertempat di Sekretariat IDI Jateng yang terletak di Kota Semarang, podcast kali ini mengangkat topik, "Seluk Beluk Bedah Anak".
Menurut dr. Edwin kebanyakan kasus dalam proses bedah anak berasal dari kelainan bawaan. Seperti saat lahir tidak punya anus, usus buntu, atresia ilium, dan lain-lain.
Adapun kasus pasien yang terlambat dirujuk ke RS, sehingga kondisinya sudah memburuk. Untuk kasus hernia reponibel, selama masih bisa masuk dari kantongnya tidak membahayakan. Namun jika terjadi jepitan akan membahayakan, sehingga harus segera dilakukan rujukan.
Dr. Edwin memperkenalkan organisasi PERBANI merupakan anggota bedah anak seluruh dunia.
Ia memberi pesan kepada pasien jika sudah terdiagnosa hernia inguinalis lateralis.
"Jika saat melakukan pemeriksaan, sudah mendapat diagnosis hernia inguinalis lateralis, segera lakukan tindakan herniotomi," ucapnya.
Selain itu, dr. Renni sebagai pemandu podcast juga menyarankan kesigapan orang tua pasien untuk konsultasi ke dokter.
"Jika ada anak terjadi benjolan diselangkangan atau kemaluan, segera dirujuk kedokter, sebelum infeksi semakin meluas," katanya.
Kemudian dr. Edwin menghimbau kepada teman sejawat di RS, supaya menyamakan persepsi saat bayi terdiagnoasa dengan hernia inguinalis lateralis segera dilakukan penutupan atau operasi herniatomi.
"Perbedaan hernia dan hidrokel. Jika hernia merupakan benjolan yang keluar menuju ke kantong pelir benjolannya seperti pisang atau sosis. Sedangkan hidrokel biasa terjadsi di testis dan funikulus," terangnya.
Kepada pasien hernia saat hendak dioperasi harus dibius, walaupun prosesnya hanya 15 sampai 20 menit.
Kemudian kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua terhadap bayi dibawah 6 bulan sudah diberi asupan tambahan, padahal menurut dr. Erwin hal itu tidak baik.
"Idealnya secara ilmiah usia diatas 6 bulan baru ada asupan tambhan. Hal itu supaya tidak terjadi jepitan, karena usus masih tipis. Sehingga mengakibatkan kematian pada usus yang dapat menyebabkan kebocoran dan inveksi yang lebih berat," ucap dr. Edwin.
Kasus tersulit yang pernah ditemui oleh dr. Edwin selama menjadi dokter bedah adalah kasus anak kembar siam.
"Perlengketan dari kembar siam benar-benar menentukan teknik operasi yang tepat. Selain itu ada kasus lain seperti penyakit histrum stis megakolon mental pada ibu hamil yang tidak konsumsi asam folat," terangnya.
PERBANI berkomitmen bantu pemerintah bedah anak, walaupun saat ini baru ada 168 dokter di 8 provinsi. Provinsi yang belum ada yaitu di daerah timur.
Kuliah prodi bedah anak baru ada di Makasar, Bandung, Jogja, dan Surabaya. Di Jateng sendiri baru ada 19 dokter bedah yang tersebar di Semarang 5, Solo 2, Jogja 6, Purwokerto 2, Magelang 1, dan Sragen 1.
"Indonesia dengan penduduk kurang lebih 200 juta, idealnya ada 800 dokter spesialis bedah anak. Target dalam dua atau tiga tahun bisa menambah percepatan lahir dokter anak.
Karena semakin ke provinsi timur semakin membutuhkan, mentok di Lombok dan Makassar," pungkas dr. Edwin.
Editor : zainal arifin