MUSNAH. Buyar. Lenyap, melesap seperti uap. Itulah kisah Fiki dan Tugba di Turki. Setelah memikat fans dan netizen dengan video yang menggemaskan, lucu, dan penuh denyar-denyar asmara, juga kerling tawa menggoda, yang memancing kepenasaran dan ketagihan level dewa, kini semua diruntuhkan: video lain tak akan ada lagi.
Kisah Fiki dan Tugba berakhir di hari kedua.
Tak ada cerita di hari ketiga, atau hari-hari lainnya. Padahal, Fiki berada semingu di sana. Padahal, dia ditemani si cantik Tugba Kiara. Padahal, dia menjanjikan kisah-kisah serupa. Tapi…
‘’Ada sesuatu yang terjadi, yang membuat video hari ketiga dan seterusnya… hilang semuanya,’’ ungkap Fiki dengan wajah sedih.
Hilang?
Serius, Fik? Atau…
‘’Ya, itu bukan sekadar video. Itu kenangan dan cerita buat aku. Tapi…’’ tambah Fiki sembari menggigit bibirnya.
Tampak dia berusaha menyembunyikan sedih, dan juga kesal, karena kehilangan semua kenangan dan cerita itu. Dari reaksi ini, terlihat bahwa Tugba Kiara dan semua hal tentang Turki adalah hal yang istimewa bagi Fiki.
Tapi kenapa semua itu bisa hilang?
Ternyata, staf Fiki tanpa sadar mengambil memory card yang menyimpan semua video dia dan Tugba, dan memformatnya, ketika akan menggunakannya di kamera lain, yang meminta ekstensi berbeda. pemformatan itu berakibat menghapus semua video yang ada di card, padahal Fiki belum memindahkannya dan atau mengirimkannya ke editor.
Habislah semua.
Lenyaplah seluruh cerita dan kisah Fiki-Tugba. Juga, letikan-letikan asmara di dalamnya.
Hilangnya juga semua kesempatan fans dan netizen untuk menikmati seluruh rangkaian perjalan (asmara) Fiki di Turki, dan kecanggungan-kecanggungan yang menggemaskan di antara mereka.
Fiki yang Positif
Tapi, Fiki memang sosok yang dewasa, bahkan amat dewasa untuk usianya yang baru 22. Dia, meski tak dapat menyembunyikan rasa kecewa akibat kehilangan itu, namun juga tak marah secara berlebihan. Dia menyadari, sesuatu yang terjadi, pasti bukan hal yang tiba-tiba, bukan tanpa maksud. Karena, dalam tiap kejadian, dia tidak pernah berlangsung mandiri atau sendirian. Juga dalam hal cerita yang terhapus itu.
Kok bisa Fiki tidak langsung memindahkan video-vide itu? Kok bisa Fiki tidak langsung mengirimkannya ke editor? Kok bisa stafnya tidak memeriksa dan langsung memformat card itu? Kok bisa juga mereka menggunakan kamera yang berbeda sehingga meminta card diformat?
Nah, segala hal yang seharusnya tidak terjadi itu, tapi terjadi, adalah bukti bahwa ada kekuasaan yang lebih luas, yang lebih maha, yang maha mengendalikan semuanya. Itulah juga yang membuat Fiki kecewa dan mungkin juga marah, tapi dengan ukuran yang sewajarnya.
‘’Padahal, ada hari ketiga, aku dan Tugba makan lahmajun, lalu kami ke museum dan galeri. Ada juga aku dan Tugba mencoba snack Turki, dan hari terakhir makan kebab Turki,. Dan semua video, semua kenangan, hilang…’’ cerita Fiki.
Dan, di sinilah sisi positifnya Fiki, setelah sederetan kesedihan itu.
‘’Alhamdulillah, tidak semua videonya hilang. Alhamdulillah ya, ada tujuh video yang telah aku bagikan ke kalian…’’ ucapnya, sembari tersenyum tanggung.
Lalu, bagaimana reaksi Tugba setelah kabar kehilangan itu?
‘’Kemarin aku ngomong ke Tugba, ‘Oh nooo…. sedih banget,’ katanya,’’ cerita Fiki.
Fiki juga meminta maaf bagi fans yang telah menunggu dan berharap ada kisah lain, jadi kehilangan. Dia juga menyadari, dengan hanya tujuh video itu, ada cerita yang tak lengkap, yang terasa patah, dan itu pasti membuat cerita dan kenangan mereka tidak bisa disaksikan secara utuh.
Untungnya, Fiki berbagai sedikit cerita di hari terakhir mereka, Tugba memberikannya kenangan yang manis, sovenir berupa boneka hewan kecil yang lucu, boneka kesayangan Tugba, bernama Malsugi.
Lalu, apa yang Fiki berikan ke Tugba, sebagai kenangan, bahwa mereka pernah bersama, bahwa mereka pernah bahagia?
Fiki ternyata tak membawa apa pun untuk Tugba. Alasannya karena koper yang terlalu sempit, dan bawaannya yang terlalu banyak, sehingga tak dapat lagi dimuati barang apapun. Hmm….
Tapi, Fiki memang menggemaskan. Dia tak kehilangan akal, dan memberikan uang Indonesia sebagai suvenir kepada Tugba. Hahaha…
Jadi, tiap kali nanti Tugba membuka dompetnya, dia akan melihat uang negara kita di dalamnya, dan pasti, ingatannya akan langsung berkelana pada Fiki, dan kenangan-kenangan kebersamaan mereka.
Kita bayangkan, Tugba pasti akan tersenyum. Mungkin juga tertawa. Yang pasti, kita yakin, Tugba merasa hidupnya berharga, karena telah selama seminggu bersama pria Indonesia yang sopan dan menyenangkan: Fiki Naki namanya.
Editor : zainal arifin