Di dalam Serat Sandi Wanita terkandung ajaran yang luar biasa, tentang bagaimana wanita berperilaku dalam keseharian, juga di dalam rumah tangga sebagai seorang istri. Serat Sandi Wanita yang ditulis atas prakarsa Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Pakualam II oleh RM Jayeng Sutarja (1893) itu terbagi dalam 20 pupuh macapat. Yang menarik adalah, tersebutkan dalam pupuh siapa saja para tokoh yang memberikan ajaran tersebut.
Nah, kali ini Naung akan memberikan ajaran dari Sultan hamengkubuwana yang terdapat di dalam pupuh Kinanthi. Sultan memberikan ajaran kepada putrinya, agar tetap menghormati suami, meskipun dia seorang putri raja dan juga cantik. Kata Sultan, jika dia tidak berbakti pada suami, maka akan memalukan dirinya.
Sultan juga berdoa kepada Yang Maha Kuasa dan Rasul-Nya, agar putrinya selalu mendapatkan rasa sayang dari suaminya, dan hanya sekali saja menikah seumur hidupnya.
Berikutnya Sultan mengajarkan filosofi jari tangan kepada putrinya, yang harus diamalkan. Ajaran itu adalah seorang istri harus seperti jempol, ibu jari, yang maksudnya lahir batin harus melayani dan mengikuti kehendak suami. Panuduh, telunjuk maksudnya janganlah berani mendahului kehendak suami. Lalu panunggul, jari tengah, maksudnya suami harus terus diposisikan sebagai yang unggul, meskipun mungkin penghasilannya tidak besar. Lalu driji manis atau jari manis, maksudnya istri harus selalu bertutur kata yang manis, roman muka harus segar, cerita, tingkah laku harus baik, dan dilarang bermuka masam. Yang terakhir, driji jejentik, jari kelingking, maksudnya istri harus membantu suami, terampil dan cekatan di dalam bekerja.
Disebutkan juga, meskipun suami kasar, berlaku dan berbicara tak baik, memaki misalnya, janganlah istri mengurangi kasih sayang sedikitpun kepada suami. Karena hal itulah yang akan membuat wanita mendapatkan pahala baik di dunia maupun di akhirat.
Editor : zainal arifin