BERAPA lama ya sekolahnya? Beli di mana itu? Untuk apa sih gelar sebanyak itu? Bagaimana nulis di ijazahnya ya? Fungsinya apa coba gelar sebanyak itu? Jadi apa orang dengan gelar banyak itu? Apa gelar itu dibawa mati?
Begitulah rerata komentar netizen ketika membaca rekor pemilik gelar terbanyak di Indonesia. Ini karena memang agak ajaib untuk tahu seseorang bisa memiliki gelar amat banyak, bahkan dengan jumlah yang luar biasa. Bagi sebagian netizen, sangat tidak masuk akal untuk punya 10 gelar. Apalagi sampai 20 atau 80-an. Bagaimana sekolahnya.
Padahal, jika kita teliti, tidak perlu waktu panjang untuk beberapa gelar, yang merupakan hasil dari kursus pendek dan atau pendidikan singkat. Bahkan, beberapa dapat ditempuh secara online, dengan waktu yang amat singkat.
Tapi memang, pertanyaan dasarnya adalah, untuk apa gelar sebanyak itu? Apalagi jika berupa jajaran gelar dari kursus-kursus saja, yang paling fungsi utamanya hanya untuk memanjangkan nama, hahaha…
Namun, apapun, di negara ini, gelar memang sesuatu yang ‘wah’. Sehingga banyak sekali yang berburu gelar, bukan pendidikannya. Berburu status atau nilai tanda dari gelar itu, bukan keahliannya.
Dengan gelar itu, apalagi mentereng, seolah status sosialnya akan jadi berbeda dengan orang lain. Padahal, kian banyak gelar, apalagi dari bidang yang sangat berbeda, makin terlihat betapa banyak dan sekaligus membingungkan keahlian yang bersangkutan.
Biar tak berpanjang lebar, berikut lima orang pemilik gelar terbanyak di Indonesia.
Posisi kelima, Dr. Dr. Ir. Frans Astani SH, SpN, MkN, SE, MBA, MM, MSi, CPM. Pria kelahiran Semarang 2 Oktober 1953 ini adalah seorang notaris di Jakarta. Pemilik 11 gelar ini pernah mendaftar menjadi hakim konstitusi, dan persoalan gelarnya yang banyak itu menjadi sorotan tim seleksi, Prof Saldi Isra, yang menilai makalahnya tidak sesuai dengan banyaknya gelar Frans.
“Makalah kan biasanya ada persoalan dan latar belakang, tapi ini cuma kayak laporan saja. Jangan karena gelarnya banyak jadi beban,” ujar Saldi.
Terkait 11 gelar yang disandangnya, Franz mengatakan itu dapat mendorong generasi muda untuk berjuang mencapai pendidikan tertinggi tanpa bergantung dari subsidi negara.
“Bagi saya banyak gelar hanya 20 persen kemampuan (lobi dan sosial), dan 40 persen adalah kepercayaan orang lain. Gelar itu untuk melengkapi diri,” kata pendiri Konsultan Sumber Daya Manusia Way Out itu.
Posisi keempat, Dr. Dr. M Achsin SH, SE, MM, MkN, MEcD, MSi, Ak, CA, CPA, CRA, CLA, CPI, CLI. Achsin ternyata salah satu dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya (FE UB), Malang. Achsin juga tercatat sebagai salah satu yang menggugat UU Perseroan Terbatas ke Mahkamah Konstitusi. Achsin mengajukan permohonan gugatan bersama koleganya yang tergabung dalam Perkumpulan Profesi Likuidator Indonesia (PPLI).
Posisi ketiga, Dr. Dr. Yenita SE, MM, MBA, MSi, MT, MH, MPd, MaK, ME, MIkom, dan MMSI. Yenita sehari-hari merupakan dosen Fakultas Ekonomi. Gelar pertamanya ia raih dari FE Untar Jurusan Manajemen Perusahaan pada 2003. Setahun setelah itu, ia meraih gelar S2 dari jurusan tersebut.
Empat tahun setelahnya, ia menyelesaikan program S2 Psikologi di Untar. Setahun berikutnya, ia juga menyelesaikan S2 untuk Teknik Industri dari Universitas Pelita Harapan. Tiga tahun kemudian, Yenita menyelesaikan S2 untuk Magister Ilmu Hukum dari Universitas Pelita Harapan juga.
Untuk gelar doktor pertama, ia meraihnya pada Januari 2019 dari FE Universitas Trisakti. Yenita berhasil mempertahankan disertasi dengan judul 'Knowledge, Concern, dan Perceived Value sebagai Prediktor bagi Visit Behavioral Intention yang Dimediasi oleh Attitude dan Trust (Studi pada destinasi Green Tourism di Sumatera Barat).
Perempuan kelahiran Sumatera Barat, 17 Juli 1980, itu akhirnya meraih gelar doktor kedua di bidang hukum dari Universitas Pelita Harapan pada Juli 2019. Yenita berhasil mempertahankan disertasi yang berjudul 'Perlindungan Hukum Oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Terhadap Pemegang Saham Publik Sebagai Wujud Pengembangan Industri Pasar Modal Indonesia'. Penelitian ini memberikan kontribusi pada ilmu hukum, khususnya mengenai perlindungan hukum oleh OJK terhadap pemegang saham publik.
Luar biasa ya? Keren bin hebat binti mantaps!
Posisi kedua, Welin Kusuma S.T., S.E., S.Sos., S.H., S.Kom., S.S., S.A.P., S.Stat., S.Akt., S.I.Kom., S.I.P., M.T., M.S.M., M.Kn. Welin yang lahir 8 Maret 1981 adalah seorang analis keuangan pemilik 40 gelar.
Sebelumya, MURI menobatkan Welin sebagai pemilik gelar terbanyak dengan 32 gelar di tahun 2012. Tapi, sepuluh tahun kemudian, 2022, gelarnya bertambah lagi 8, sehingga total dia akan memajang 40 titel di belakang namanya.
Total 40 gelar tersebut terdiri dari 12 gelar sarjana (S1), 3 gelar magister (S2) dan 25 gelar profesi. Gelar-gelar tersebut diperoleh hampir dari segala jurusan di perkuliahan yang ia pelajari dan selesaikan, mulai dari hukum, ekonomi, sampai sastra.
Selain sebagai pemilik rekor gelar multidisiplin terbanyak, Welin juga menjadi pemegang rekor MURI lainnya yakni pengambil Sistem Kredit Semester (SKS) terbanyak dengan total 111 SKS.
Welin menempuh kuliah di lima jurusan S1 sekaligus. Yakni, Teknik Industri Universitas Surabaya (9 mata kuliah (MK)-24 SKS), Ekonomi Manajemen STIE Urip Sumoharjo (4 MK-11 SKS), FISIP Administrasi Niaga Universitas Terbuka (10 MK-28 SKS), Hukum Universitas Airlangga (7 MK-25 SKS), dan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Surabaya (STTS) (9 MK-23 SKS).
Kini Welin berdomisili di Kota Surabaya dan sedang melanjutkan studi S1 Ilmu Perpustakaan di Universitas Terbuka (UT) Surabaya.
Duh, ini mah hidup memang untuk sekolah. Menjura!
Dan juaranya adalah, H. Achmad Tarmizi. Gelarnya cukup panjang, seperti ini Dr. Drs. Ir. H. Achmad Tarmizi, SE, SH, ST, MT, M.Si, MH, M.Pd, Ph.D (HC), CH, CHt, CHA, NNLP Pract, M.NNLP, CT.NNLP, CPHCM, HCBP, HCMP, CNHRP, CNPSP, CT.NPS, CHMP, CT.HM, CHLP, CT.HL, CHSP, CT.HS, CNSPP, CT.NSP, CNBLP.
Cukup? Belumlah. masih ada lagi, yakni CT.NBL, CNSHP, CT.NSH, CNSCP, CT.NSC, CHPP, CT.HP, CNTP, CNICP, CT.NIC, CRBC, AWP, QWP, CTOT, CHRMP, C.SH, IPU, C. STMNI. Int'l, CPS, CPSP, CLA, C.PW, CSHWP, C.IB, CTAP, RFP, CPR, C.MARCOM, C.HRD, C.NLMOR, C.FH., CMFH, C.MMI., CT.MMI, CT-ALC, C.MGR, CSS.ALC, C.Pst, C.Ext, C.Hs, C.IT, C.AT, C.ME, C.Spk, C.CC, C.LA-ALC, C.LSc, CRBD, CT.NHT, CT.NHR, ASEAN Eng.
Pusing ya? Hahaha….
Achmad Tarmizi tercatat di MURI tahun 2021 sebagai sekda dengan gelar terbanyak, 83 gelar dengan rincian 11 gelar akademik dan 72 gelar non akademik.
Putra ketiga dari lima bersaudara anak pasangan H Ahluddin dan Hj Siti Hijir Asia menduduki posisi karier puncak ASN sebagai Sekretaris Daerah di Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).
Bagaimana? Anda tertarik untuk ikut memecahkan rekor?
Editor : zainal arifin