Bandung, iNewsSoloraya.id - Momen Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini bersujud di kaki seorang pengajar Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri A Pajajaran Bandung dengan cepat beredar di internet. Pengajar penyandang tunanetra yang bernama Yuniati tersebut pun buka suara terkait aksi tak terduga sang menteri.
Menurut Yuniati, sujud yang dilakukan Mensos Risma hanya pencitraan semata. Sebab, setelah bersujud Mensos Risma tetap marah-marah.
"Menurut saya, itu pencitraan ya, karena sujudnya tuh gak jelas, terus setelah sujud dia emosi lagi," ujarnya.
"Kalau sujud itu kan harusnya memohon maaf, saya akan berusaha gitu, tapi kan tidak ada pernyataan itu. Malah habis itu ngomel-ngomel lagi Bu Mensos itu," sambungnya.
Selain itu, Yuniati pun sangat menyayangkan dengan sikap Mensos Risma dalam menanggapi pertanyaan para guru dengan emosi. Padahal, jelas Yuniati, soal hibah lahan itu adalah janji Risma sendiri.
"Ketika ditagih beliau emosi, dan ngomong malah ke mana-mana, jadi tidak menggunakan logikanya," ucapnya.
"Ini (lahannya) kalau belum dihibahkan, kami belum bisa dibangun. Misalnya saat ada dana BOS atau Kementerian Pendidikan yang setiap sekolah kan biasanya ada untuk pembangunan, kami jadi gak bisa membangun," imbuhnya.
Dalam hal ini, menurut Yuniati, terdapat perbedaan pandangan antara Risma dengan para pengajar di SLB Negeri A Pajajaran. Di satu sisi, Risma berkeinginan lahan digunakan untuk pendidikan dan area bekerja para penyandang disabilitas. Sedangan para guru menginginkan lahan tersebut hanya dipakai untuk mengembangkan fasilitas sekolah.
"Yang benar kan harusnya pendidikan dulu baru lahan kerja, iya gak? Harusnya dibuka jalur pendidikan dulu dan program pendidikan dulu baru membicarakan lahan kerja," jelasnya. "Nah, beliau malah kebalik malah mempertahankan lahan kerja," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan bahwa Mensos Risma bersujud di kaki seorang pengajar SLB penyandang tunanetra. Aksi tersebut terjadi pada Selasa (21/2/2023) saat sag menteri melakukan kunjungan kerja ke SLB Wyata Guna, Kota Bandung.
Berawal ketika Risma menjanjikan bantuan perbaikan gedung sekolah itu. Selama perbaikan, Risma meminta kepada pengelola Wyata Guna agar menyediakan bangunan pengganti selama pembangunan.
Namun obrolan itu seketika memanas setelah ada desakan terkait hibah lahan yang pernah dijanjikannya.
"Terkait itu, waktu itu ibu pernah janji menghibahkan itu," kata salah satu pengajar SLB bernama Yuiati itu.
"Pak ini susah, karena tanahnya ini ada di tengah gini, saya enggak bisa. Masalahnya apa? Sama-sama negaranya, makanya tadi yang penting saya bisa perbaiki, ini cafe ini juga kita bangun untuk disabilitas," ungkap Risma.
Merespon hal tersebut, staf lain mengeluhkan kondisi saat ini membuat mereka tak bisa membangun SLB. Risma pun berjanji untuk membangunkan ruangan tambahan bagi para siswa SLB.
"Saya tambahkan (ruang kelas), ini dibangun sebelum saya, ini dibangun untuk anak-anak disabilitas (keberadaan kafe dan tempat untuk lapangan kerja) bukan untuk saya," tambah Risma.
Negosiasi tersebut pun berlangsung alot dan sulit mencapai titik temu. Akhirnya Risma pun sujud di kaki pengajar tunanetra tersebut.
"Kita juga bukan untuk kepentingan pribadi bu," ujar pengajar itu.
"Makanya bu, kata saya kita berbagi," ujar Risma.
"Tapi tolong direalisasikan [janji hibah lahan]," kata pengajar itu.
"Saya sujud," ujar Risma dan langsung sujud ke kaki pengajar itu.
Editor : zainal arifin