DALAM RUMAH TANGGA Rasulullah memang tercipta iklim yang sangat akur, welas asih, dan saling memahami. Tak ada permasalahan yang berarti yang tercatat dalam sejarah. Meski tentu saja yang namanya rumah tangga pasti ada riak-riak kecil, misalnya soal kecemburuan dan keinginan untuk lebih lama dengan Rasulullah, sebagai tanda kecintaan para istri beliau.
Dari para istri, Rasulullah mendapatkan banyak bantuan. Khadijah pendamping utama dan contoh pembela yang luar biasa di masa awal kenabian, yang bahkan setelah kematiannya, Nabi masih sering mengucapkan namanya sebagai contoh. Inilah yang sampai membuat Aisyah cemburu.
Untuk kesabaran dan kezuhudan, terkenal sosok Saudah. Sedangkan untuk kecerdasan, dan sosok yang dianggap sebagai istri dengan karakter ‘’bentukan’’ Nabi, Aisyah-lah yang selalu tersebutkan.
Aisyah juga istri yang disebutkan paling dicintai Rasulullah. Hal ini tergambar dalam hadis yang diriwayatkan Amr bin Ash ketika bertanya pada Nabi Muhammad: "Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?" Beliau menjawab, "Aisyah". "Kalau dari kalangan laki-laki?" tanya Amr lagi. Rasulullah menjawab, "Ayahnya [Abu Bakar]," (H.R. Bukhari dan Muslim).
(3) Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar As-Shiddiq
Istri Nabi Muhammad yang ketiga adalah Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar As-Shiddiq. Aisyah merupakan satu-satunya istri Nabi Muhammad yang dinikahi dengan status gadis, sedangkan yang lainnya telah menjanda.
Aisyah sendiri pernah mengungkapkan, Rasulullah menikahinya karena perintah Allah lewat mimpi. Dalam mimpi itu, Jibril mendatangi Rasulullah dan memberikan bungkusan kain sutra dan Aisyah terselubung di dalamnya, dan mengatakan itu adalah sosok istri Nabi Muhammad.
Mimpi itu datang tiga kali, dan akhirnya Rasulullah pun benar-benar mewujudkan perintah tersebut.
"Aku melihatmu (Aisyah) dalam mimpiku selama tiga malam. Malaikat datang membawamu dengan mengenakan pakaian sutra putih. Malaikat itu berkata, 'Ini adalah istrimu'. Lalu kusingkapkan penutup wajahmu, ternyata itu adalah dirimu. Aku bergumam, 'Seandainya mimpi ini datangnya dari Allah, pasti akan menjadikannya nyata'."(HR. Bukhari dan Muslim)
Aisyah lahir sekira empat atau lima tahun setelah kenabian Muhammad. kemudian Aisyah dinikahkan dengan Rasulullah berusia sekitar enam atau tujuh tahun, dan baru memasuki rumah tangga Rasulullah setelah berusia lebih dari 9 tahun, menurut shahih Bukhari dan Muslim.
Ustaz H Mahyaruddin Salim dalam serial pengajiannya ‘’Rumah Tangga Rasulullah’’ menceritakan dengan indah proses menikah dan ‘’serah terima’’ Aisyah ini. Menurut Salim, usai menikah dan setelah itu Nabi Muhammad tak juga mengajak Aisyah untuk tinggal bersamanya, mencemaskan Abu Bakar. Sahabat terkasih Rasulullah ini ingin segera Aisyah merawat Nabi Muhammad, sekaligus belajar tentang keislamannya.
Suatu hari, Abu Bakar pun mendatangi Rasulullah, dan menyerahkan sekeranjang apel. Nabi Muhammad pun tersenyum, dan mengatakan bahwa apel yang diserahkan Abu Bakar belum matang. Nanti ketika matang dan layak untuk dikonsumsi, Rasulullah akan memintanya secara langsung.
Ternyata Abu Bakar memberi sinyal soal Aisyah dengan pemberian apel itu. Dan Nabi Muhammad yang sangat peka dan mengerti menjawab kegundahan sahabatnya itu. Dan memberikan solusi yang menenangkan.
Sungguh sebuah persahabatan dan kemengertian yang luar biasa.
Sosok Cerdas dan Kritis
Panggilan sayang Rasulullah kepada Aisyah adalah al-Khumaira, yang kemerah-merahan. Ini karena kulit Aisyah yang putih menyebabkan pipinya gampang sekali bersemu merah, terutama jika saat bersama Rasulullah.
Selain cantik secara fisik, Aisyah terkenal punya ingatan fotografis, seperti spon yang menyerap apapun yang pernah dikatakan dan atau dilakukan Rasulullah. Tak heran jika para sahabat, sepeninggal Nabi, acap menjadikan Aisyah sebagai tempat bertanya.
Abu Musa Al-Asy’ari menyatakan, "Tidaklah kami para sahabat Muhammad SAW bingung dalam suatu hadis, niscaya kami bertanya kepada Aisyah, dan pasti kami dapati pengetahuan padanya tentang hal itu.”
Selain pengingat ucapan dan tindakan Rasulullah, Aisyah juga mahir dan matang ketika melakukan ijtihad dan meneliti berbagai permasalahan. Dia juga mampu menyimpulkan hukum atas peristiwa yang baru. Aisyah juga menjadi penengah pertikaian di antara kelompok umat Islam sepeninggal Nabi Muhammad.
Umar bin Khattab pernah menasihati anaknya, Hafshah, yang juga menjadi istri Rasulullah, agar tak menaruh kecembruuan pada sosok Aisyah. Sebagaimana tertulis dalam The Greatest Woman in Islam karya Sulaiman an-Nadawi, Umar berkata, "Janganlah engkau cemburu terhadap orang yang kecantikan dan kebaikannya dicintai Rasul."
Mendengar nasihat Umar kepada Hafshah itu, Nabi Muhammad hanya tersenyum, yang berarti membenarkan betapa berharganya sosok Aisyah di hati Rasulullah.
Selain cerdas, Aisyah juga kritis dan sangat membela hak perempuan. Ia pernah protes pada Abu Hurairah atas hadis yang dia anggap akan mendiskreditkan perempuan. Hadis yang disampaikan Abu Hurairah itu adalah yang berbunyi, "Seorang perempuan masuk neraka karena ia membiarkan kucing betina kecil kehausan.”
Ketika mendengar periwayatan itu, sebagaimana dicatat dalam buku Women and Islam: An Historical and Theological Enquiry (1991) yang ditulis Fatima Mernissi, Aisyah meradang dan berkata kepada Abu Hurairah, ‘’"Apakah iya, Allah akan menghukum seseorang karena seekor kucing? Wahai Abu Hurairah, lain kali jika meriwayatkan hadis Nabi, berhati-hatilah.”
Keren banget ya Sayiddah Aisyah ini.
Kecerdasannya itu juga yang membuat Aisyah mendapatkan otoritas untuk mengomentari berbagai hal di masa itu. "Aku tidak pernah melihat perempuan yang lebih cerdas dalam bidang kedokteran, fiqih, dan syair selain Sayyidah Aisyah RA," ujar Urwah bin Zubair.
Sepanjang hidupnya, Aisyah ‘’menyumbangkan’’ 242 hadis yang menjadi sumber hukum Islam.
Sosok Pecinta sekaligus Pencemburu
Selain diakui sebagai sosok otoritatif dalam sejarah Rasulullah dan hukum islam karena kecerdasannya, sebagai seorang istri Aisyah juga terkenal amat mencintai Nabi Muhammad. Kecintaannya itulah yang membuat Aisyah ingin selalu dekat dengan Rasulullah dan cemburu jika Nabi lama tak bersamanya.
Ustaz Mahyaruddin Salim juga pernah menceritakan tentang kecemburuan Aisyah ini, tatkala Rasulullah tiba di rumah, dan dia mencium aroma madu di bibir Nabi.
Aisyah pernah berkata, "Rasulullah SAW senang madu dan sesuatu yang manis-manis. Setiap kali selesai melakukan shalat Ashar beliau biasanya menemui istri-istrinya. Tatkala datang giliran Hafshah, beliau lama sekali berada di sisinya sehingga kecemburuanku muncul."
Hafshah, seperti juga Aisyah, adalah istri Rasulullah yang juga anak dari sahabatnya, umar bin Khattab.
Aisyah juga pernah cemburu pada Zainab, istri nabi lainnya. Dalam sebuah riwayat, Aisyah berkata, ".. Dialah Zainab binti Jahsy yang selalu bersaing denganku untuk mengambil tempat di hati Rasulullah SAW." (HR. Muslim).
Untuk kecemburuan-kecemburuan Aisyah ini, Rasulullah biasanya hanya tersenyum. Namun, ketika kecemburuan itu tersebutkan untuk Khadijah, istri pertamanya, Rasullah menegur Aisyah dengan perkataan yang lembut.
"Tidak! Allah tidak memberikan pengganti untukku yang lebih baik darinya. la sungguh-sungguh beriman tatkala orang-orang mengingkariku. la membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku. la membantuku dengan harta bendanya, di saat orang-orang menjauhi dan memboikotku. Darinya Allah mengaruniakan anak kepadaku," bela Nabi menanggapi kecemburuan Aisyah.
Aisyah bahkan pernah mendatangi rumah istri-istri Nabi karena Rasulullah tak berada di sampingnya padahal itulah malam yang menjadi haknya. Aisyah lupa bahwa itu adalah malam Nisfu Syakban.
Melihat itu, Rasulullah SAW pun bersabda, "Kau cemburu lagi Aisyah? Apakah kamu khawatir, Allah dan Rasul-Nya akan berbuat aniaya padamu? Ini malam Nisfu Syaban, Aisyah?"
Aisyah meninggal pada usia 63 tahun di Senin malam, 17 Ramadan tahun 58 Hijriah, atau 13 Juli 678 Masehi dan dikebumikan di Baqi. Salat jenazahnya diimami sahabat Abu Hurairah dan Marwan bin Hakam, yang waktu itu menjabat sebagai Gubernur Madinah.
Editor : zainal arifin