Dalam hal ini, kata dia, pola gerakan angin yang cenderung searah dengan kecepatan tinggi dapat meningkatkan ketinggian gelombang laut. Lebih lanjut, dia mengatakan wilayah yang berpotensi terjadi gelombang tinggi dengan ketinggian berkisar 2,5-4 meter meliputi perairan selatan Jabar, perairan selatan Jateng, dan perairan selatan Yogyakarta.
Sementara wilayah yang berpotensi terjadi gelombang sangat tinggi dengan ketinggian berkisar 4-6 meter meliputi Samudra Hindia selatan Jabar, Samudra Hindia selatan Jateng, dan Samudra Hindia selatan Yogyakarta.
Terkait dengan kondisi tersebut, Teguh mengimbau seluruh pengguna jasa kelautan untuk memerhatikan risiko tinggi gelombang terhadap keselamatan pelayaran, karena berdasarkan analisis, kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter berisiko terhadap perahu nelayan.
Selanjutnya, kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter berisiko terhadap tongkang, kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter berisiko terhadap kapal feri, serta kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter berisiko terhadap kapal ukuran besar, seperti kapal kargo dan kapal pesiar.
Ia mengimbau masyarakat yang memanfaatkan momentum liburan akhir pekan dengan berwisata di pantai selatan Jabar-DIY agar tidak berenang atau bermain air, terutama di wilayah pantai yang terhubung langsung dengan laut lepas, karena gelombang tinggi dapat datang sewaktu-waktu.
"Secara umum, kondisi cuaca di laut selatan Jabar-DIY pada hari Minggu (5/2) diprakirakan berpotensi hujan ringan. Kami akan segera informasikan kepada seluruh pengguna jasa kelautan jika ada perkembangan lebih lanjut terkait dengan tinggi gelombang laut selatan Jabar-DIY," kata Teguh.
Disinggung mengenai kondisi cuaca di wilayah Jateng, dia mengatakan cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di sejumlah wilayah pada hari Minggu (5/2) hingga Senin (6/2), karena berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer, terdapat potensi peningkatan pertumbuhan awan hujan dan cuaca signifikan di sebagian wilayah Indonesia, khususnya Jawa Tengah.
Menurut dia, potensi terjadinya cuaca ekstrem tersebut didukung oleh beberapa faktor, di antaranya fenomena Maden Jullian Oscillation (MJO) terpantau mulai aktif, utamanya di sisi barat wilayah Indonesia.
Editor : zainal arifin