Kota Surakarta dikenal sebagai surganya kuliner wedangan. Pasalnya, wedangan atau biasa dikenal dengan sebutan HIK (Hidangan Istimewa Kampung) ini sudah begitu banyak jumlahnya di Kota Bengawan.
Oleh karena itu, ketika Anda berwisata ke Solo, terasa tidak lengkap tanpa mampir ke wedangan. Mengingat, menikmati suasana Kota Solo sambil berburu wedangan akan jadi agenda menyenangkan di akhir pekan.
Selain harga makanannya yang murah, berbagai makanan di wedangan juga sangat menarik untuk dicoba. Menu khas yang sering ditemui di setiap wedangan di Solo adalah nasi kucing, oseng-oseng, teh kampul dan wedang jahe.
Berikut enam rekomendasi wedangan yang cocok diakukan uji rasa atau bahkan untuk nongkrong bersama keluarga atau kawan-kawan:
1. Wedangan Lawang Djoendjing
Wedangan Lawang Djoendjing mengusung konsep yang cukup unik, dekorasi pintunya memiliki gerbang miring, atau orang jawa menyebut dengan nama ‘Djoendjing’. Pengunjung dapat menikmati suasana etnik yang nyaman dan menyenangkan. Wedangan Lawang Djoendjing buka dari pukul 11.00-23.00 WIB, terletak di Gang Gunung Kelud II Nomor 7, Kadipiro, Kecamatan Banjarsari.
2. Wedangan Radjiman
Wedangan radjiman merupakan tempat nongkrong asyik untuk muda-mudi, tidak hanya menghadirkan menu-menu wedangan yang komplit, pengunjung juga dapat menikmati nonton bersama saat ada pertandingan sepak bola. Harga makanan dan minuman di wedangan radjiman juga pas di kantong, cocok untuk pelajar atau mahasiswa. Wedangan Radjiman berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan Nomor 62 ini tiap harinya buka mulai dari jam 5 sore hingga jam 1 pagi.
Wedangan Basuki berada di Lawean. Selalu ramai, wedangan ini menyediakan ‘’topping’’ lengkap sebagai lawuk atau cemilan. Yang paling istimewa di wedangan ini adalah sate kikil yang empuk dan ukuran besar, serta teh jahe yang terasa amat makyus. Harga cukup murah, layanan cepat, dan lokasi yang cukup lebar, sehingga tak harus berjejalan. Buka mulai sore sampai tengah malam, wedangan ini menjadi rujukan mereka yang ingin menikmati makanan dengan menu komplet, baik itu minuman ataupun makanan.
4. Omah Londo Angkringan
Omah londo angkringan menghadirkan konsep angkringan yang nyaman dan kekinian. Bangunan omah londo angkringan bernuansa rumah dinas petinggi atau bos dengan arsitektur Belanda. Makanan dan minuman yang disajikan sama dengan HIK biasa, tetapi lebih lengkap sehingga puas untuk memilih menu. HIK modern ini terletak di Jl. Agus Salim Nomor 2A, Sondakan, Kec. Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah 57147, saat hari Senin-Kamis buka pukul 07.00-23.00 WIB, dan di hari Sabtu-Minggu pukul 07.00-00.00 WIB.
5. Wedangan Pendopo
Wedangan pendopo adalah wedangan yang menjadi salah satu langganan keluarga Jokowi. Di dalam wedangan pendopo, pengunjung akan disuguhi dekorasi klasik seperti kepala kijang, radio lawas, ikan-ikan jadul hingga hiasan kepala kijang. Di dalam ruangan juga diberi lampu kuning remang-remang yang menambah suasana wedangan semakin syahdu. Pemilik wedangan ini adalah Totok Supriyanto dan Ustiani. Letak wedangan pendopo tidak terlalu strategis karena harus masuk gang, meski begitu, pengunjung tidak pernah surut. Wedangan pendopo berada di Jalan Srigading I Nomor 7 Mangkubumen, buka dari pukul 18.00-00.00 WIB.
6. Wedangan Gareng
Wedangan gareng terbilang cukup unik karena menyajikan berbagai macam rempah-rempah. Dengan tempat yang tidak terlalu luas karena hanya memanfaatkan teras rumah tua yang ditata tradisional, sehingga akan memberikan sensasi nongkrong berbeda. Minuman yang menjadi favorit wisatawan adalah wedang uwuh. wedang jahe kencur, jeruk gula aren, khayangan hingga kombucha. Wedangan gareng berlokasi di Jalan Basuki Rahmat Nomor 6, RT.2/RW.12, Kerten, Kecamatan Laweyan, buka mulai pukul 16.00-00.00 WIB.
Wedangan ditetapkan menjadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Sehingga, wedangan sudah dianggap menjadi suatu budaya yang patut dilestarikan. Apalagi keberadaan wedangan sangat familier di Kota Solo, masyarakat perlu untuk terus mendukung dan melestarikan warisan budaya nasional ini.
Editor : zainal arifin
Artikel Terkait