Komisi E DPRD Jateng: Tradisi Jawa Termasuk Wayang, Bagian dari Kebudayaan Harus Terus Dilestarikan

Tim iNewsSoloRaya.id
Tradisi ruwatan dengan mementaskan wayang kulit. Foto: iNewsSoloraya

BANJARNEGARA, iNewsSoloraya.idTradisi Ruwatan adalah salah satu bentuk upacara atau ritual penyucian yang hingga saat ini tetap dilestarikan oleh masyarakat Jawa. Meruwat bisa berarti mengatasi atau menghindari sesuatu kesusahan batin dengan cara mengadakan pertunjukan atau ritual, dengan menggunakan media wayang kulit. 

Tradisi ruwatan dengan mementaskan wayang kulit itu, kini juga terus dilestarikan warga desa Tunggara, Kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah yang menggelar wayang ruwat di desa tersebut,  Kamis siang (11/8), dengan  Dalang Ruwat Ki Sarjo.  Ruwat Desa Tunggara dengan harapan warga masyarakat mendapatkan perlindungan dari berbagai masalah, serta mendapatkan keberkahan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sebagai bentuk rasa syukur, warga membawa puluhah gunungan yang terbuat dari berbagai aneka hasil pertanian desa Tunggara, serta air yang berasal dari 12 sumber mata air. Usai didoakan gunungan dan air 12 sumber mata air  yang telah dicampur diperebutkan warga, dengan suka cita.

Usai acara ruwatan dilanjutkan dengan Dialog Budaya yang menampilkan 3 pembicara yaitu, Sekretaris Komisi E DPRD Sri Ruwiyati, SE, MM,. Camat Sigaluh Izak Danial Aloy dan Kepala Desa Tunggara Tunggul Tri Wasono. Dialog Media Tradisional Nguri-uri Kebudayaan dan pentas Wayang yang difasilitasi oleh DPRD Jawa Tengah itu, dengan moderator Septi Wulandari.

Sekretaris Komisi E DPRD Jateng Sri Ruwiyati, SE, MM, menyatakan berbagai tradisi Jawa termasuk wayang yang merupakan bagian dari kebudayaan harus terus dilestarikan. 

"Karena dalam tradisi itu juga terkadung tuntunan yang memiliki nilai-nilai positif bagi generasi penerus bangsa" ujar wakil rakyat dari Banjarnegara tersebut.

Camat Sigaluh Izak Danial Aloy menyatakan Ruwat Desa Tunggara ini adalah salah satu tradisi di wilayahnya, karena sebelumnya desa-desa lain di kecamatan Sigaluh juga menggelar acara serupa dengan warga khas desa masing-masing. Ruwatan desa ini merupakan salah satu bentuk rasa syukur kolektif masyarakat, serta wujud gotong royong karena suksesnya acara didukung sepenuhnya oleh warga desa masing-masing.
 
"Bukan hanya tradisi yang terus terjaga, tetapi ruwat desa ini juga menggerakkan ekonomi di masyarkat karena semua sektor dari makanan, pedagang, persewaan kursi dan sound syistem juga laku" ujar Izak Danial.

Senada dengan Izak Danial, pembicara lainnya Kepala Desa Tunggara Tunggul Tri Wasono sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan wakil rakyat yang menginisisasi penyelenggaraan Media Tradisional Nguri-Uri Budaya, dalam acara Ruwat Desa Tunggara tersebut. 

"Fasilitasi yang dilakukan DPRD Jateng, khususnya Ibu Ruwiyati Mas Fuad sangat bermanfaat sekali. Ruwat desa kali ini kami beri tema nyambut gawe Breng, Desane Tambah Gayeng, Kanggo Tunggoro Maju" kata Tri Wasono bersemangat.

Usai Dialog Budaya, ratusan penonton yang memadati eks Terminal Gandengan yang menjadi lokasi acara, dihibur dengan lagu-lagu campursari oleh penyanyi Riningsih yang sekaligus MC acara. Kemudian dilanjutkan pentas wayang kulit semalam suntuk oleh  Dalang Ki Bimo Setya Aji, dengan Lakon "Gatutkaca Winisuda".*

Editor : zainal arifin

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network