SEMARANG, iNewsSoloraya.id - Tari Gambyong merupakan tarian yang ditampilkan di lingkungan keraton yang diiringi gamelan dan sinden.
Selain Tarian Gambyong, kesenian Jaran Kepang juga banyak digemari masyarakat, bukan hanya ada di kota Semarang saja, tetapi ada di berbagai daerah di Indonesia, dengan nama-nama yang berbeda, di kabupaten Pemalang Jateng disebut Ebek, di Jawa Barat disebut Kuda Lumping, di Bali disebut Jaranan Sang Hyang, Jaranan Buto (Banyuwangi), dan Jaranan Turonggo Yakso (Trenggalek) dan sebagainya.
DPRD Jateng dalam rangka menumbuhkan kecintaan terhadap kesenian tradisional, memfasilitasi pementasan Tari Gambyong, dan Jaran Kepang di lapangan Nggarot Kelurahan Lamper Kidul, Kecamatan Semarang Selatan, Minggu (28/8/2022).
Usai pementasan dilanjutkan dengan dialog budaya Media Tradisional yang difasilitasi oleh DPRD Provinsi Jawa Tengah dengan menghadirkan pembicara anggota Komisi D DPRD Jateng Danie Budi Tjahyono, Ketua Forum Komunikasi Media Tradisional Jawa Tengah Daniel Hakiki, dan Ketua Pusat Kajian Media dan Kebudayaan Teguh Hadi Prayitno, serta moderator Septi Wulandari.
Daniel Hakiki dalam diskusi itu menyampaikan kesenian tradisional sebagai jatidiri kebudayaan bangsa, harus terus dilestarikan.
"Kekhasan kesenian tradisional jangan sampai rusak, dengan dalih Inovasi. Selain itu, dukungan terhadap kesenian harus dilakukan oleh semua kalangan termasuk eksekutif dan legeslatif, melalui musrenbang hendaknya alokasi anggaran untuk kesenian tradisional benar-benar diberikan yang lebih layak," ujar Daniel.
Senada dengan Daniel, anggota Komisi D DPRD Jateng Danie Budi Tjahyono mendukung sepenuhnya kelestarian kesenian tradisional, bagian dari upaya nguri-uri kebudayaan Jawa Tengah.
"Saya sebagai wakil rakyat, akan banyak memberi ruang atau tempat berkesenian tradisional. Program Media Tradisional dari sekretariat DPRD Jateng ini sangat bermanfaat," ujar Danie.
Sementara itu, Teguh Hadi Prayitno sependapat dengan wakil rakyat tersebut, dan berpesan agar kesenian tradisional juga bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi, terutam di era digitalisasi sekarang ini.
"Pandemi Covid-19 telah memaksa banyak seniman berpindah dari platform fisik atau pementasan langsung ke digital, baik melalui media massa maupun media sosial," ujar teguh.
Editor : zainal arifin
Artikel Terkait