TEGA! Barangkali itu kata yang tepat untuk menggambarkan sikap Fiki kepada Tugba. Baru saja dia kembali ke Indonesia, dan tiba-tiba, dia terbang lagi ke Turki. Dan dia membuat Tugba menangis dua kali.
Ya, Fiki tampaknya belum puas selama di sana. Apalagi, terlalu banyak kenangan yang dia buat bersama Tugba, tapi tak ada bukti dan dokumentasinya, karena terhapus. Mungkin juga Fiki merasa belum puas bersama Tugba. Atau…
Apapun itu, Fiki terbang ke Turki, dan menemui Tugba adalah agenda yang utama.
Dia juga akan memberikan kejutan. Memberi hadiah, yang sebelumnya tidak sempat dia lakukan karena ‘’koper’’ yang terlalu penuh. Atau itu alasan agar dia bisa berkali ulang ke Turki, dan merenda hari bersama calon penghuni hati? Entahlah, hanya Tuhan dan Fiki yang tahu soal itu.
Dan Fiki ternyata ingin membelikan Tugba sebatang ponsel. Katanya, ponsel Tugba sudah cukup usia, dan apalagi, pernah tertumpahan air saat tengah bekerja. Akibatnya, ponsel Tugba tidak lagi bisa diisi ulang.
Dan, saat di Turki, Fiki langsung membelikan Iphone 13 Pro untuk Tugba, lengkap dengan semua aksesorisnya. Pemberian hadiah ini sekaligus menunjukkan Fiki tidaklah hitungan soal uang, sebagaimana yang dituduhkan beberapa fans saat kali pertama dia ke Turki, dan selalu menghitung pengeluarannya, bahkan saat dengan Tugba.
Spontan tanpa Setingan
Fiki bercerita, sebenarnya dia ingin mengirimkan saja ponsel itu ke Tugba. Tapi, menyadari resiko mengirimkan barang eletronik, dan ada juga persoalan Imei, Fiki merasa memberikan langsung menjadi hal yang paling efektif. Bagaimana dia memberikannya, itu yang Fiki rencanakan bersama sahabat Tugba, Rumeysa.
‘’Semuanya spontan saja, dan se-random itu aku orangnya. Nggak ingin terlalu banyak setingan. Jadi, gimana nanti memberikan kejutannya, ya aku dari belakang menghampiri mereka, di Pendik,’’ jelas Fiki sembari tertawa. Nakal, memang.
Jadi, selama di Turki, menunggu hari H, dia merahasiakan kehadirannya dari Tugba. Jika pun mereka berkomunikasi, Fiki memberikan ‘’gambaran’’ kehadiran yang jauh, di Jawa Selatan.
‘’Padahal, mana ada Jawa Selatan, ya? Hahaha…’’ katanya, tergelak.
Dengan skenario semacam itulah, dia berharap Tugba mendapatkan kejutan yang sangat menyenangkan. Dan sumber atau pengatur rencana itu adalah Rumeysa, yang akan mengajak Tugba ke Pendik, menyusuri sisi pantai, sebelum Fiki nanti mengagetkannya dengan kehadiran dan hadiah.
Tapi, rencana tidaklah semudah yang dibayangkan. Fiki berkali-kali gagal menghubungi Rumeysa. Pesannya hanya bercentang satu. Dan ketika setelah dua jam terputus koneksi, saat mereka menjanjikan, Fiki justru tersesat. Dari pukul 2 dia di sekitar lokasi, dan berjanji bertemu pukul 3 sore, sampai pukul 4 Fiki belum menemukan tempat di mana Rumeysa dan Tugba menanti.
Padahal mereka berada di satu lokasi.
Fiki panik.
Apalagi, Tugba menolak beberapa kali video call darinya.
Tugba hanya memberi tahu jika dia tengah sangat sedih. Dan menangis.
Fiki makin panik. Niatnya untuk ‘’mengerjai’’ Tugba tampaknya sudah lupa. Di bahkan tanpa ragu, memberikan panggilan video ulang, dan ketika Tugba mengangkatnya, dan melihat si jelita tengah menitikkan air mata, dia langsung menjelaskan posisinya, dan bergegas menghampiri Tugba dan Rumeysa.
Dan di sinilah puncak pertemuan itu. Tugba yang melihat Fiki, bergegas menghampiri, setengah berlari.
Tugba memeluk Fiki?
Ya, nggak. Lupakan adegan di film atau sinetron. Tak ada pelukan. Meski kita tahu, betapa terlihat kegembiraan dan juga kelegaan di wajah Tugba. Saat bergegas menghampiri, si ramping itu ‘’cuma’’ memberi tinjunya kepada Fiki. Sembari tertawa, padahal masih terlihat air mata yang tumpah di sudut matanya.
Dan video berakhir dengan sebuah cuplikan yang sangat tampan: ‘’Lalu, kita (menikah) kapan?’’ tanya Fiki kepada Tugba.
Editor : zainal arifin
Artikel Terkait
