SOLO, iNewsSoloraya.id - Wilayah Provinsi Jawa Tengah akan mengalami kendala dalam perbaikan jalan-jalan rusak karena terbatasnya anggaran.
DPRD Jateng mengungkapkan bahwa saat ini jumlah anggaran untuk infrastruktur di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Jateng hanya berkisar Rp430 miliar, di mana Rp100 miliar telah dialokasikan untuk pemeliharaan rutin.
Sementara itu, jumlah ruas jalan provinsi yang rusak sangat banyak, seperti yang dikeluhkan oleh Bupati/Walikota di Jateng.
Anggota Komisi D DPRD Jateng, Untung Wibowo Sukowati, mengatakan bahwa kondisi jalan provinsi saat ini sangat rusak parah.
Kondisinya sama seperti yang diusulkan oleh para kepala daerah di Jateng. Politisi PDI Perjuangan ini menjelaskan bahwa sebagian besar ruas jalan tersebut tadinya hanya mengalami kerusakan ringan, tetapi karena cuaca ekstrem dan hujan yang terus-menerus, kini kondisinya menjadi rusak berat.
"Jalannya memang parah seperti yang diusulkan kepala daerah, yang tadinya rusak ringan, sedang, sekarang parah," ujarnya dalam dialog Aspirasi Jawa Tengah bertema "Infrastuktur Jawa Tengah Jelang Puasa dan Lebaran 2023" di Studio TATV Solo, belum lama ini.
Dia juga menyatakan bahwa untuk memperbaiki seluruh ruas jalan yang rusak akan terkendala karena terbatasnya anggaran. Dana APBD Jateng 2023 untuk infrastruktur saat ini hanya berkisar Rp430 miliar, di mana Rp100 miliar diantaranya untuk pemeliharaan rutin.
Jumlah tersebut tidak sebanding dengan panjang ruas jalan provinsi Jateng yang mencapai 2.440,12 kilometer.
"Lihat (kemampuan) fiskalnya juga berat. Fiskal sangat terbatas. Rp400 miliar dengan panjang jalan 2.000 sekian kilometer, ini jauh," kata politisi asal Sragen tersebut.
Untung Wibowo Sukowati juga menyatakan bahwa Jateng pernah memiliki anggaran infrastruktur hingga Rp2 triliun lebih. Namun saat ini, fokus tidak bisa lagi hanya pada infrastruktur karena anggaran terbatas. Dengan kerusakan parah pada jalan provinsi dan cuaca ekstrem, dibutuhkan dukungan anggaran dari pusat untuk memperbaiki kerusakan jalan di Jateng.
Dia meminta agar hal tersebut menjadi perhatian, mengingat Hari Raya Idul Fitri kurang dari sebulan lagi dan Jateng merupakan tujuan utama pemudik. Dia juga meminta dinas terkait untuk memantau kondisi jalan, terutama di jalur-jalur yang dekat dengan industri dan dilewati truk-truk bertonase tinggi.
Jalan Aspal Hanya Bertahan 1 Tahun
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Jawa Tengah, AR Hanung Triyono, mengungkapkan bahwa saat ini panjang jalan provinsi di Jawa Tengah mencapai 2.440,12 km.
Namun, banyak jalan yang mengalami kerusakan yang parah dan memerlukan perbaikan segera. Masalahnya, terdapat keterbatasan anggaran dalam APBD Jawa Tengah 2023, yang hanya sekitar Rp430 miliar, di mana Rp100 miliar digunakan untuk pemeliharaan rutin. Jumlah ini jelas tidak sebanding dengan panjang jalan yang mencapai ribuan kilometer.
Kondisi aspal jalan yang sudah tua, di atas 5-15 tahun, menjadi salah satu faktor penyebab rusaknya jalan di Jawa Tengah. Hal ini terkait dengan musim hujan yang cukup lama pada November 2022, sehingga perlu kerja keras untuk memastikan kondisi jalan kembali mantap dengan persentase 93% dan naik hingga 95%.
"Dalam catatan kondisi aspalnya untuk pengerasan sudah tua, diatas 5-15 tahun. Dengan kondisi ini November (2022) masuk musim hujan agak lama. Maka harus kerja keras untuk mengejar kembali kondisi jalan mantap 93 persen, kembalikan lagi dan naik jadi 95 persen," ujarnya.
Jalan yang sering dilalui truk ODOL (Over Dimension Over Load) akan lebih cepat rusak. Jalan beton yang seharusnya bisa bertahan hingga 40 tahun, hanya bertahan selama 20 tahun, sementara jalan aspal hanya bertahan sekitar 1 tahun.
Dalam kondisi ini, perbaikan jalan dilakukan dengan melapis aspal overlay, namun anggaran yang tersedia tidak sebanding dengan ruas jalan yang harus diperbaiki.
Salah satu contohnya adalah Jalan Demak-Godong yang dibangun pada tahun 2005 atau 2003, kini telah mengalami kerusakan parah dan membutuhkan biaya sekitar Rp40 miliar untuk diperbaiki. Meskipun demikian, hanya satu kilometer yang dapat diperbaiki, dari total 15 kilometer yang rusak.
"Jalan Demak-Godong sekarang hancur. Itu jalan beton yang dibangun tahun 2005 atau 2003. Saat jembatan Wonokerto dibangun, truk-truk ODOL masuk situ, hancur. Dari 15 kilometer hancur 4 kilometer. Butuh Rp40 miliar untuk memperbaiki, kami perbaiki sedikit, 1 kilometer," jelasnya.
Anggaran Perbaikan Jalan di Kota Semarang Belum Tercover
Untuk menangani kerusakan jalan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah meminta bantuan dari pemerintah pusat. Sejumlah ruas jalan di Jawa Tengah akan diperbaiki menggunakan anggaran pemerintah pusat, seperti jalur Surakarta-Gemolong-Geyer di Kabupaten Sragen yang akan ditangani dengan dana Inpres jalan daerah, dan ruas Ngrampal-Galeh di Kabupaten Sragen yang diperbaiki dengan Dana Alokasi Khusus (DAK).
"Tahun ini sudah jalan, kemungkinan belum tuntas. Akan dituntaskan di 2024," katanya.
Sementara itu, ruas Weleri-Patehan di Kabupaten Kendal akan direhabilitasi dengan overlay satu lapis, dan ruas Salatiga-Kedungjati, tepatnya di Bringin, Kabupaten Semarang, akan diselesaikan dengan program rutin.
Namun, kerusakan jalan yang belum tercover anggaran terjadi di Jalan Brigjen Sudiarto, Kota Semarang. Hanung menyebutkan bahwa jalan tersebut butuh biaya yang cukup besar karena memiliki empat lajur sepanjang tujuh kilometer.
"Jalan Brigjen Sudiarto ada empat lajur, butuh (anggaran) lumayan banyak. Ada empat lajur sepanjang tujuh kilometer kami usulkan di 2024," paparnya.
Editor : zainal arifin
Artikel Terkait