SEMARANG, iNewsSoloraya.id - Pada tahun 2022, ada beberapa hal yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi secara global. Hal-hal tersebut di antaranya adanya perang Rusia-Ukraina, pengetatan moneter agresif di Amerika Serikat karena tekanan inflasi, dan kebijakan Zero Covid Policy di China.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Bank Indonesia Institute Yoga Affandi, PhD. dalam Kuliah Umum bertajuk "Perkembangan Ekonomi Terkini dan Prospek 2023" usai acara pelantikan pengurus ISEI Cabang Semarang pada Senin (6/2/2023).
Yoga menyampaikan, adanya perang antara Rusia-Ukraina sejak awal 2022 lalu tak hanya berimbas pada dua negara tersebut, tetapi juga pada sejumlah negara di dunia, khususnya dalam bidang ekonomi. Salah satu dampak yang ditimbulkan yakni naiknya harga pangan dan energi global hingga menyebabkan tingginya inflasi di sejumlah negara maju seperti Amerika Serika.
"Merespon terhadap perkembangan inflasi yang demikian cepat di Amerika Serikat, negara maju itu melakukan pengetatan moneter secara agresif, kenaikan suku bunga yang unprecedented atau yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujar Yoga yang juga Sekretaris Umum PP ISEI itu.
"Dan tentunya ini berdampak, karena Amerika Serikat bagaimanapun adalah perekonomian terbesar di dunia sehingga dia berdampak dan USD digunakan sebagai mata uang utama dunia untuk perdagangan juga transaksi di sektor keuangan itu mengakibatkan USD menguat secara tajam. Itu berarti emerging market currency akan mengalami tekanan atau kelemahan," sambungnya.
Kejadian ketiga yang mempengaruhi perkembangan ekonomi global menurut Yoga adalah adanya kebijakan Zero Covid Policy di China yang dinilai tidak efektif karena hanya menitikberatkan pada kesehatan tanpa mempertimbangkan perekonomian.
Yoga memaparkan, prospek perekonomian global maupun domestik pada tahun 2023 mendatang diyakininya akan membaik. Penilaian tersebut didasarkan pada menurunnya inflasi di awal tahun 2023, menurunnya harga energi yang memperkecil risiko resesi, USD mulai melemah, dan kebijakan reopening China.
"Karena negara China merupakan negara ekonomi terbesar kedua di dunia. Tentunya dengan pembukaan di China akan meningkatkan perekonomian global," papar Yoga.
Adanya perubahan perekonomian global tersebut juga mempengaruhi pemulihan perekonomian di Indonesia. Terbukti dengan nilai tukar rupiah yang menguat, inflasi yang menurun lebih cepat dari perkiraan, likuiditas perbankan dan perekonomian yang memadai, serta ketahanan sistem keuangan perbankan yang terjaga baik.
Yoga Affandi menuturkan perekonomian di Indonesia saat ini berada dalam kondisi baik. Pihaknya yakin prospek pemulihan ekonomi Indonesia di tahun 2023 akan membaik.
"Tetapi kita tetap harus waspada terhadap tantangan-tantangan di masa depan, terutama dari sisi global karena ini akan mempengaruhi perekonomian di Indonesia," tutupnya.
Sementara itu, Ketua ISEI Semarang Korwil Jateng Prof. Suharnomo mengajak seluruh jajaran pengurus ISEI yang baru saja dilantik untuk bersinergi mendukung kebangkitan ekonomi di Jawa Tengah.
Editor : zainal arifin