SEMARANG, iNewsSoloraya.id - Perubahan pada era digital telah berdampak pada setiap aspek kehidupan, tak terkecuali pendidikan dan pembentukan karakter kebangsaan. "Ideologisasi empat pilar juga membutuhkan pendekatan dan cara baru. Memperkuat empat pilar, terutama bagi generasi muda perlu dilakukan secara kreatif," kata Agustina Wilujeng Pramestuti, SS, MM.
Agustina, anggota MPR dari PDIP, menyampaikan hal itu pada forum Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Warga Lokal, Sabtu (27/8). Hadir sebagai pembicara, Ketua IJTI Jateng Dr Teguh Hadi Prayitno, anggota DPRD Kota Semarang V Djoko Riyanto, Ketua KPID Jateng Aulia Muhammad dan Pemred Suara Merdeka Gunawan Permadi.
Menurut Agustina, kreativitas menjadi indikator paling utama saat ini di berbagai sektor. Penerapan secara kreatif mencakup sisi komunikasi, konten, hingga pengelolaan audiens atau komunitas.
"Mengomunikasikan konten empat pilar secara kreatif dapat memanfaatkan banyak metode dan modifikasi pesan. Cara itu lebih mudah masuk ke pemahaman audiens anak-anak muda dibandingkan dengan metode indoktrinasi dan hafalan secara konvensional," papar dia, yang juga Wakil Ketua Komisi X DPR RI itu.
"Pancasila bukan sebuah konsep abstrak. Sebagai ideologi, Pancasila justru sangat riil dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Kegagalan penyampaian pesan itulah yang mengakibatkan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI seolah-olah sebuah teks hanya cukup digunakan saat ujian sekolah," ujarnya.
Terkait materi konten kreatif misalnya, produsen kreatif di banyak negara telah membranding identitas kebangsaan - mulai dari bendera nasional, busana tradisional, kesenian, dan sebagainya - sehingga muncul sebagai suatu produk kreativitas. "Para pelancong tidak segan-segan membeli kaos bermotif bendera Union Jack, sementara pada saat itulah terjadi interaksi ideologis di bawah sadar," kata dia.
Dengan cara kreatif, konten empat pilar akan tidak ada habisnya untuk digali, ditampilkan, dan disampaikan secara baru terus-menerus. "Psan-pesan kebangsaan dapat tertanam lebih dalam tanpa kekhawatiran terjadi resistensi dan kebosanan. Gejala kejemuan itu sudah terlihat pada komunikasi empat pilar secara konvensional," lanjut Agustina.
Penguatan empat pilar secara kreatif juga membuka sinergi dengan berbagai pihak, bahkan lebih luas dibandingkan yang diperkirakan semula.
"Dari aspek seni saja, akan tidak terhingga konten kreatif empat pilar yang tersaji. Belum lagi dari aspek-aspek lain seperti budaya atau sosial atau yang lainnya," tambahnya.**
Editor : zainal arifin
Artikel Terkait