SETIAP yang bernyawa pasti akan mati. Ya, kematian memang sesuatu yang tak dapat dielakkan. Wajarlah jika ada ungkapan bahwa dunia ini sementara, sehingga tak perlu dijadikan tujuan kehidupan.
Penceramah kondang Mahyaruddin Salim dalam seri ‘’Di Seberang Kematian’’ menegaskan bahwa dunia ini seharusnya menjadi celengan yang nanti dibuka setelah kematian. Salim menandaskan bahwa kehidupan di seberang kematian lebih kekal dan karena itu butuh bekal yang lebih pasti.
Kematian, karena pasti, dengan demikian, sesuatu yang tak perlu juga ditakuti.
Penyair Soebagyo Sastro Wardoyo, kakek Dian Sastro, bahkan populer dengan puisi magisnya, ‘’Dan kematian Makin Akrab’’, menandaskan tentang betapa tak terelakkannya maut, bak kawan seiring yang suka bercanda. Dan kematian makin akrab, seakan kawan berkelakar, yang mengajak tertawa -itu bahasa semesta yang dimengerti.
Tapi, meski bukan sesuatu yang tak harus ditakuti, kematian tetap saja menjadi misteri. Tak pernah bisa dimengerti kapan menghampiri. Semisteri bagaimana kehidupan di seberang kematian itu sendiri.
Nah, karena kematian itu pasti sekaligus misteri, maka mempersiapkan diri untuk menghadapi maut itu yang penting. Mati dalam keadaan husnul khatimah, akhir yang baik. Mati yang meski tetap diantar dengan tangis, tapi ada juga sebersit suka cita karena yang ‘’pergi’’ berakhir bahagia.
Editor : zainal arifin
Artikel Terkait