SEORANG ANAk yang selalu melihat ayahnya tak lelah berdoa dan salat, bahkan dengan sangat tepat waktu, bertanya dengan nada gundah.
‘’Yah, mengapa Ayah selalu rajin salat, bahkan menyegerakan ketika azan masih belum usai. Ayah juga melamakan berdoa, dan mengajak kita untuk tak lelah meminta. Tapi Yah, lihatlah kehidupan kita. Sujud dan doa kita, ternyata tak mengubah kehidupan kita, Ayah. Keluarga kita tetap pas-pasan. Uang sekolahku tetap saja dibayarkan terlambat. Bunda dan adik, tetap saja kita ajak puasa Senin-Kamis, selain untuk ibadah, juga menghemat pengeluarkan kita. Lalu, Ayahku, mengapa kita terus berdoa, salat, tak lelah meminta meski tak juga mendapatkan?’’
Sayang ayah tersenyum dengan pertanyaan anaknya itu. Dirangkulnya sang anak, dan sembari membenarkan letak sarungnya yang tersingkap, dia usap-usap kepala si anak, dan dia cium ubun-ubunnya sebelum berkata dengan lembut.
‘’Anakku, sebenarnya dengan salat dan doa ayah yang panjang dan tepat waktu itu, tak ada yang kita dapatkan selama ini. Bahkan, daripada mendapatkan sesuai yang kita panjatkan, kita malah banyak sekali kehilangan…’’
‘’Nah kan? Lalu, kenapa kita harus terus salat dan berdoa ayah?’’ tanya si anak, makin heran.
‘’Itulah Nak. Tapi, sebelumnya, ayah akan beritahukan padamu, apa saja kehilangan yang kita rasakan saat kita justru banyak salat dan berdoa. Rumah kita ini, keluarga kita ini Nak, telah lama kehilangan rasa kekhawatiran, kecemasan pada harta, kehilangan kemarahan, depresi, juga kekecewaan dan sakit hati, apalagi iri dengki. Dengan banyak berdoa, kita juga kehilangan ketamakan, kebencian, juga kesombongan. Doa dan ibadah kita itu Anakku, telah membuat kita kehilangan penyakit-penyakit hati, yang membuat kita mendapatkan kesehatan yang luar biasa. Setiap usai beribadah dan berdoa, kita kehilangan kecemasan dan mendapatkan ketenangan. Dan itu mahal sekali, Anakku…’’
Si anak terpekur, dan tanpa sadar, mengeratkan genggaman tangannya pada si ayah.
‘’Kadangkala Nak, berdoa dan salat itu bukan tentang apa saja yang akan kita dapatkan, tapi dan terutama tentang apa saja yang kemudian hilang dari kehidupan kita. Karena kadang Nak, Tuhan memberi kita bukan dengan apa yang kita dapatkan, tapi justru apa yang Dia hilangkan dari kehidupan kita.’’
Editor : zainal arifin