BPOM Menyebut Sudah Saatnya Indonesia Mandiri dalam Bahan Baku Obat

Dimas Choirul
Ilustrasi Obat. Foto: ist

JAKARTA, iNewsSoloraya.id - Saat ini industri farmasi masih mengandalkan obat-obatan impor. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebut sudah saatnya Indonesia mandiri dalam bahan baku obat karena didukung kekayaan sumber daya alam, maritim, dan biodiversity.

"Namun hingga saat ini, industri farmasi Indonesia masih bergantung pada bahan baku dan obat impor, khususnya untuk obat yang diproduksi dengan teknologi tinggi (advanced technology)," kata Kepala BPOM RI, Penny K. Lukito dalam keterangannya dikutip Minggu (28/8/2022).

Dia mengatakan, Indonesia masih menjadi pengguna hasil inovasi dari negara lain dan belum menjadi inventor. Hal itu karena industri farmasi Indonesia belum menjadikan riset sebagai basis dalam pengembangan bisnis.

“Pandemi Covid-19 menjadi momentum dalam mendorong banyaknya inisiatif penelitian dan pengembangan, baik obat maupun vaksin, yang bertujuan untuk pengobatan dan pencegahan terhadap penyebaran penyakit Covid-19,” paparnya.

Penny mengatakan, seluruh penelitian dan pengembangan tersebut perlu didukung agar produk hasil riset dapat dikomersilkan dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Dalam hal ini, BPOM sebagai regulator di bidang obat selalu mengawal pengembangan obat dan vaksin dalam rangka pemenuhan standar dan mutu.

"Meskipun demikian, keberhasilan penelitian dan pengembangan obat dan vaksin baru tidak hanya menjadi tugas BPOM, melainkan upaya bersama secara sinergi, koordinatif, dan komunikatif antara pemangku kepentingan terkait yang tergabung dalam sinergi triple helix,” tambahnya.

Sebagai contoh, pada lokakarya pemanfaatan teknologi pengembangan obat dan vaksin Covid-19 untuk mendukung pembangunan ekosistem kemandirian obat dan vaksin dalam negeri di Jakarta pada Jumat (26/08/2022). BPOM memperkenalkan produk publikasi terkait obat, yaitu buku “Cerdas Cegah Obat dan Vaksin COVID-19 Ilegal atau Palsu” dan buku “Menjaga Integritas Rantai Suplai Vaksin COVID-19 di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian”.

Ke depannya dia berharap agar para peneliti dan mitra industri farmasi memiliki pemahaman terkait pemenuhan standar dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam penelitian dan pengembangan obat, meliputi Good Laboratory Practices (GLP), Good Manufacturing Practices (GMP), Good Clinical Practices (GCP), dan Good Submission Practices (GSubp). 

"Juga dapat terbangun komunikasi yang konstruktif dalam mendorong keberlanjutan pengembangan vaksin, termasuk Vaksin Merah Putih, serta penguasaan teknologi yang dapat digunakan untuk penelitian dan pengembangan obat dan vaksin beyond Covid-19,” tutupnya.

Editor : zainal arifin

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network