Demikian setiap bulan, pengusaha itu mendatangi rumah kontrakan perempuan itu, memberinya sejumlah uang. Beberapa tahun berlalu, malaikat maut masih belum juga datang menjemput, dan pengusaha itu setiap awal bulan masih mengantarkan uang kepada sang perempuan.
Kertas wasiat yang ditulis pengusaha itu masih tersimpan di dalam brankas, lebih dari dua puluh tahun.
Di hari Senin, ketika pengusaha itu sujud akhir dalam salat Subuh, ia sujud lama sekali. Ternyata sujudnya itu adalah sujud terakhir. Ia menghembuskan nafas terakhirnya dalam keadaan bersujud.
Beberapa hari kemudian, selesai masa berkabung, ketika anak-anaknya membuka brangkas, mereka menemukan surat wasiat yang ditulis tangan ayahnya. Ketika anak sulung membaca wasiat, dan melihat kalender, ia berkata, “Wah, sudah terlambat satu minggu untuk mengirim dana bulanan kepada perempuan miskin itu.” Ia langsung membawa sejumlah uang menuju alamat yang tertera dalam surat wasiat.
Ketika ia mengetuk pintu, anak sulung tersebut menemukan seorang perempuan yang tidak lagi muda seperti yang disebutkan dalam surat wasiat ayahnya. “Ini dana bulanan seperti yang diwasiatkan Ayah. Mohon maaf, terlambat satu minggu.”
Editor : zainal arifin