Saat tekanan kepada kepolisian, bahkan Nazwa Shihab menyatakan betapa lambat polisi menyelesaikan kasus Sambo, tiba-tiba viral kasus Bjorka. Seperti ada yang sengaja memunculkan sosok ini, memobilisasi informasi tentang sosoknya, dan lalu mengorkestrasi sehingga muncul ‘’narasi kegentingan’’ karena ada rahasia besar negara yang akan diungkapkan.
Negara dalam bahaya, begitu kira-kira yang menghajar benak kita. Bjorka berhasil menyadap bukan saja dara dari Kemenkominfo, bahkan sampai surat-surat dari BIN kepada Presiden. Ini seram. Merncengangkan. Ditambah bumbu, data-data dari tokoh politik pun tersadar dan siap disebar. Beberapa nama disebutkan, dari Luhur, Cak Imin, sampai Puan Maharani.
Orkestrasi dan mobilisasi info tentang betapa ‘’saktinya’’ Bjorka ini pun membuat jagad maya teralihkan. Fokus yang semula ke Sambo, tentang keinginan warga terhadap reformasi di tubuh kepolisian jadi teralihkan dengan ‘’kepentingan yang lebih besar’’, rahasia negara yang digenggam pihak luar. Ada bahaya yang lebih besar, ada kasus yang lebih penting untuk dituntaskan. Begitulah ‘’narasi yang dibenamkan ke benak kita’’. Dan ini bukanlah sesuatu yang tiba-tiba, tapi tentu hadir dengan strategi dan kekuatan massa di dunia maya.
Kemunculan Bjorka juga ditabrakkan dengan kegerakan warga atas naiknya BBM. Ketika warga geram, mahasiswa protes, kegetiran melanda, dan hajad hidup orang banyak mulai terganggu, Bjorka pun muncul. Sama seperti perhatian kita yang teralihkan dari Sambo, kini kita pun teralihkan dari kasus BBM yang naik. Entah ada kolerasi atau tidak, namun munculnya Bjorka ini sudah membuat fokus dan tuntutan kita pun berubah.
Kedua, tak terbukti ada data yang disadap Bjorka yang sangat vital dan membuat kita khawatir. Yang keluar selama ini hanya data diri yang biasa, tidak seperti ancamannya. Bjorka hanya memosting sesuatu yang ‘’tidak penting’’, jika menyangkut rahasia negara. Memang bocornya data-data pribadi itu sudah sebuah celah yang seharusnya tidaki terjadi. Tapi, mengaitkan bocornya data itu dengan ancaman pada negara, terasa terlalu berlebihan. Lebay kata anak sekarang.
Editor : zainal arifin