Menggapai pelayan kafe, El memesan. ‘’Tiga kopi hitam ya?’’ yang ternyata, Ila juga menyetujuinya. Nun tentu saja tak menolak.
Tak lama, pelayan datang dengan nampan berisi tiga cangkir kopi hitam. El langsung menyesapnya, terburu-buru. Dan segera berkata, ‘’Tolong tambahkan sedikit garam ya? Ini kurang...’’
Nun dan Ila kaget. Garam? ‘’Bang El meminum kopi dengan garam?’’ Ila bertanya, penasaran. Nun juga menatap heran. Tapi dia diam.
‘’Ee.. Ketika kecil, keluargaku tinggal dekat laut. Saya merasakan asinnya kehidupan waktu itu persis seperti kopi yang suka aku minum dengan garam hingga saat ini. Setiap kali saya minum kopi asin, saya ingat masa kecil, ingat kampung halamanku, ingat teman-temanku. ingat Nun yang selalu lelap saat kuceritakan dongeng. Saya juga jadi merindukan kedua orang tua yang hingga sekarang masih tinggal di sana. Kopi dengan garam adalah cara saya untuk selalu terhubung dengan masa lalu, dengan semua hal indah dalam kehidupanku dulu,’’ ucap El, sembari menyesap kopi itu lagi.
Ila termangu. Dia melihat El dengan mata yang berbeda. Lelaki yang romantis, penyayang, dan sangat menghargai kehangatan keluarga. Dari cerita El, dia menemukan kehangatan dan tanggungjawab, juga cinta yang begitu besar. Ketika dia melihat Nun yang diam, Ila makin teryakinkan bahwa El memang lelaki yang layak untuk dikenal lebih dekat.
Setelah pertemuan pendek itu, Ila jadi menerima ajakan El tiap bertemu, dengan atau tanpa Nun. Akhirnya, ila menyimpulkan bahwa El adalah lelaki yang sesuai dengan kriteria calon suami yang selama ini dinanti-nanti. El adalah seorang lelaki yang cerdas, baik hati, penuh kasih sayang, dan Ila selalu ingin bertemu dengannya.
Tidak lama kemudian, El dan Ila menikah. Kehidupan keluarga mereka nyaris tanpa kekurangan. Keduanya saling pengertian. Jika ada masalah, selalu mereka bicarakan untuk dicarikan solusi bersama. Satu kebiasaan yang selalu dilakukan Ila adalah selalu menambahkan sedikit garam ketika menyeduhkan kopi untuk El.
Setelah 40 tahun hidup bersama, El meninggal dunia. Beberapa hari setelah pemakaman, Ila menemukan selembar kertas dengan tulisan tangan El,
Editor : zainal arifin